Kamis, 07 April 2011

PUISIMU

Kenapa, Tuhan Menciptakanmu??
Aku berusaha bertanya pada diriku dan menjawabnya melalui hati yang berbunga
Aku berusaha bertanya pada awan dan menjawabnya melalui angin yang hilir berhembus

Pertanyaan, tentang sebuah nama yang tak henti disebut
Tentang hati yang menjadi kelabu kalanya hilang
Tentang dunia yang serasa kiamat bila suaranya hening didengar

Aku tak pernah tau kapan Tuhan membawa perjumpaan itu padaku lagi
Menjinjing seonggok rindu yang akan aku sampaikan
Dengan bulan dan bintang yang menaburkan serpihan angan

Dia inspirasiku
Dia ibarat lebah yang tak lepas dari mahkota bunga
Dia ibarat daun yang tak jatuh dari tangkainya
Dia ibarat rasa yang tak hilang dari jiwa kesepian
Kuanggap, dia pahlawanku
Dia adalah aku walau aku bukanlah dia

Aku merasa sama walau nyatanya aku berbeda
Aku merasa silau walau dirinya tak pernah berkilau
Aku merasa dekat walau jiwanya terbenteng jarak
Tapi tetap, kamulah jawabannya

Kamulah jalan di hati yang berbunga
Kamulah angin yang hilir berhembus
Kamulah jawaban dari kelabu dan kehancuran dunia
Kamulah peribahasa hidup yang tak pernah jauh

Tapi, tak ada yang tau kamu siapa
Untuk apa
dan seperti apa

Karena aku hanya ingin bertanya
Kenapa, Tuhan menciptakanmu??

Keberhasilan Itu Datang Saat Kita Berfikir Bahwa Kita Sudah Gagal

Terkadang kita merasa bahwa setiap cobaan dalam perjalanan hidup adalah sebuah batu besar yang menghimpit kita sehingga kita tak bisa berbuat apapun untuk melepaskan diri dari himpitan itu. Setiap permasalahan hidup pasti datangnya silih berganti, karena (menurut saya) itulah seninya hidup. Permasalahan hadir untuk memberi warna agar hidup tidak monoton dan itu-itu saja .
Coba kita perhatikan baik-baik kata-kata bijak dari Harriet Beecher Stowe berikut ini:
Jika Anda berada ditempat yang sulit dan segala sesuatu menentang Anda sampai-sampai Anda merasa tidak akan mampu bertahan lebih dari semenit lagi, jangan pernah menyerah karena justru itulah tempat dan waktu ketika gelombang akan berbalik.
Dari kata-kata bijak diatas kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa sebenarnya saat paling tepat untuk meraih sebuah keberhasilan adalah ketika kita berfikir bahwa kita akan gagal lalu kita menyerah. Memang, diperlukan sebuah tekad dan keyakinan yang tinggi untuk mampu bertahan dalam setiap terpaan gelombang permasalahan, namun saat kita percaya bahwa Allah itu selalu mengawasi setiap usaha kita, yakinlah bahwa gelombang akan terbalik. Bukankah Allah SWT telah berjanji?
QS 13:11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Mungkin kita sebagai manusia selalu menginginkan sesuatu, dan bagi kita mungkin yang kita iginkan ‘harus’ tercapai, tapi sebagai manusia kita hanya bisa berusaha untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, untuk ending dari setiap usaha kita itu biarlah Tuhan yang menentukan. Percaya saja, setiap yang diberikan kepada kita itulah yang terbaik.
Tentunya kita pernah mendengar cerita tentang perjalanan sukses seseorang, banyak kita dengar bahwa mereka yang berhasil tidak didapat dengan instan, semua berproses. Dengan keyakinan dan tekad baja, mereka mampu membalikkan gelombang. Seperti apa yang ditulis oleh Walter M. Germain dalam bukunya yang berjudul The Ladder of Success berikut ini:
Setiap penemu, industriawan besar pasti memiliki beberapa bentuk kegagalan yang pernah mereka rasakan ketika mereka menempuh jalan panjang menuju kesuksesan. Ketika mengulas kehidupan dari orang sukses manapun, Anda pasti akan menemukan bahwa mereka semua telah menghadapi berbagai macam kegagalan. Kegagalan merupakan bagian dari kehidupan, terimalah itu sebagai kenyataan. Ingat, bahwasannya orang yang sukses adalah orang yang berhasil menghadapi kegagalan-kegagalan mereka, mereka yang belajar dari kegagalan tersebut dan mengubahnya menjadi kesuksesan.

Apabila Anda gagal dalam suatu hal bukan berarti Anda seorang pecundang. Artinya, Anda harus mencari tahu mengapa Anda gagal dan belajar dari kegagalan tersebut. Tidak semua orang dapat menjadi seorang penjual yang sukses, bintang film, dokter yang handal atau seorang presiden, tetapi seseorang dapat mengetahui bakatnya dan menjadi sukses.

“Success is the ability to go from failure to failure without losing your enthusiasm“

UNTUK KITA RENUNGKAN

Kadang kita sering memiliki prasangka buruk kepada orang lain atau bahkan kepada yang menciptakan diri kita beserta alam semesta. Kenapa kita lakukan? banyak jawaban dan alasan yang bisa kita kemukakan. Namanya saja prasangka sehingga tidak selalu benar bahkan sering salah. Sebagai contoh pada suatu pagi, ketika diadakan rapat antar pegawai di sebuah perusahaan. Peserta rapat sedang membicarakan hasil evaluasi perkembangan perusahaan. Salah seorang tiba-tiba menguap di tengah rapat yang sedang serius. Peserta lain spontan menoleh ke arahnya.
Atasannya yang ikut rapat, menggelengkan kepalanya. Sang bos, yang merangkap sebagai pimpinan rapat, langsung menegur karyawan yang menguap tadi, “saya kecewa sekali dengan Anda, Anda tampak tidak peduli dengan rapat serius ini!” Karyawan tadi langsung tertunduk. Wajahnya pucat. Ia berkata lirih, “Maaf saya ingin menyampaikan sesuatu. Saya seharusnya tidak bisa ikut rapat ini. Tetapi mengingat rapat ini sangatlah penting, saya mencoba hadir”. Matanya berkaca-kaca, “Anak saya tadi malam mengalami kecelakaan. Saat ini ia sedang di rawat, di ruang ICU dalam keadaan tidak sadar. Jadi tadi malam, saya tidak tidur”. Semua peserta rapat langsung tertunduk. Mereka terjerumus dalam prasangka.
Perlu kita melihat diri kita sendiri sebelum menyalahkan orang lain. Sudahkah kita berbicara dengan jujur pada suara hati kita? Pernahkah kita merenung untuk kebaikan dan kesalahan yang telah kita lakukan? Pada tulisan ini mari kita belajar bersama dari pengalaman dan kata hikmah panutan kita rosulullah SAW. Manusia yang mulia dan agung. Bukan seperti diri ini, orang yang lemah dan banyak melakukan dosa dan maksiat pada Allah. Sering diri ini sudah merasa melakukan hal yang kita anggap baik. Tetapi masih ada orang yang tidak pernah menghargai diri ini, itulah penyesalan yang tidak akan memperoleh kepuasan. Karena kita hanya mengharap penghargaan dari orang lain, bukan kepada yang menciptakan manusia dan alam semesta ini.
Perlu kiranya kita merenung dengan meresapi teladan kita Muhammad SAW, suatu ketika rosulullah SAW berkata: “Bersungguh-sungguhlah pada hal yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah serta jangan merasa lemah. Bila kamu ditimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan, ‘seandainya (dulu) aku melakukan ini, niscaya begini-begini.’ Katakanlah, ‘Allah telah menakdirkan dan apa yang Allah kehendaki maka itu terjadi’. Sesungguhnya kata seandainya hanya akan membuka pintu perbuatan SETAN.” (HR. Muslim)
Hadis ini menjelaskan, barang siapa yang minta pertolongan Allah tidak akan menjadi LEMAH dan memberi motivsi agar PERCAYA DIRI dan TIDAK PUTUS ASA. Katakan kepada diri Anda, “Aku hidup pada hari ini. Maka, mengapa aku harus mencemaskan masa depan? Mengapa aku terlalu memikirkan masa lalu?”. Nikmatilah hari-hari Anda. Kerjakan apa yang bermanfaat bagi Anda.
Curahkan semua usaha Anda dan kerjakan sesuatu yang mengandung nilai kebaikan seperti; memberikan makan orang lapar, menjenguk orang sakit, puasa karena Allah, menyenangkan hati orang tua, menghormati guru, memuliakan teman, dan lain-alin. Itulah diantara pesan rosulullah kepada kita. Rasulullah berkata, “Siapa diantara kalian yang puasa pada hari ini? Abu Bakar menjawab, ‘Aku’, Beliau saw, berkata, ‘siapa diantara kalian mengantar jenazah hari ini?, Abu Bakar menjawab, ‘Aku.’ Beliau saw, berkata, ‘siapa diantara kalian yang memberi makan orang miskin pada hari ini?’ Abu Bakar menjawab, ‘Aku’. Beliau saw berkata, ‘siapa yang menjenguk orang sakit hari ini?’ Abu Bakar menjawab, ‘Aku.’ Lalu Beliau saw bersabda, ‘Kesemua itu bila telah dilakukan seseorang maka ia masuk surga.” (HR. Muslim) Kita akan rugi jika hidup yang sebentar ini, banyak kita gunakan untuk mengejar kesenangan dunia, semisal jabatan, harta benda, gelar, dan penghargaan dari manusia. Sudah pasti diri ini tidak akan mengalami kepuasan bahkan kekecewaan. Kesenangan dan kenikmatan hakiki adalah ketika kita dapat merasakan manisnya iman, yaitu dengan menaati perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Tetapi kita sering merasa belum mendapat kenikmatan, ketika saudara kita mendapat kenikmatan. Inilah namanya IRI.
Ibnu Mas’ud ra. Berkata, “Janganlah kalian menentang nikmat-nikmat Allah!”. Dikatakan kepadanya, “Siapakah yang menentang nikmat-nikmat Allah itu?” Ia menjawab “Mereka adalah orang-orang yang iri kepada manusia karena karunia yang Allah telah berikan kepadanya”.
Seorang ahli fiqih bernama Mansyur pernah berkata, “Katakan pada orang yang selalu iri kepadaku, tahukah engkau kepada siapa, engkau telah bertindak tidak sopan. Engkau telah bertindak tidak sopan kepada Allah atas ketentuan-Nya karena engkau tidak rela atas apa yang Allah berikan kepadaku”. Ada pula yang mengatakan bahwa iri merupakan dosa pertama dalam maksiat kepada Allah, baik di langit maupun di bumi. Jika di langit irinya IBLIS kepada Adam as., sedang di bumi irinya QOBIL kepada Habil.
Bagaimana dengan diri KITA? Astagfirullah “Wahai orang yang susah, sedih, gelisah, sungguh kesusahan, kesedihan, kegelisahan itu akan hilang sendiri. Maka hiburlah dengan kebaikan, sungguh yang menghilangkan kesusahan, kesedihan, kegelisahan itu adalah Allah SWT”. Bagaimana kita akan berbuat baik, jika kebaikan dalam diri kita tertutupi oleh prasangka buruk, iri hati, meremehkan orang, dan cara pandang yang salah. Berbuat kebaikan adalah ketika cara berpikir dan berbuat kita selalu mengikuti perintah Allah dan rosul-Nya. Astagfirullahal’adziim