Selasa, 03 Agustus 2010

Gara-Gara Nyamuk

Setibanya pulang kerja, aku langsung ke dapur mengambil segelas air untuk menghilangkan dahagaku..betapa air ini telah menghilangkan dahagaku. Akan tetapi ditengah keasyikanku minum, tiba-tiba...PLAK!..anakku memukul tanganku yang sedang memegang gelas, dan kontan saja air yang sedang kuminum tumpah berceceran membasahi bajuku.
Mendapat perlakuan seperti ini, secara refleks kakiku hendak menendang anakku yang baru berumur 4,7 ( hampir 5 tahun ding ) tahun ini. Akan tetapi kiranya Allah masih memberikan pelajaran bagiku supaya tidak kasar pada anakku, kakiku yang awalnya hendak menendang amanah Allah secara tak diduga malah menendang tumpukan panci...PRANG!!! suara panci berjatuhan dan mengagetkan anakku hingga menangis sambil berteriak "Bapakkkk..! aku nggak sengaja.."
"Mengapa kamu memukul tangan Bapak? bapak kan lagi minum...lihat baju bapak jadi basah begini!" tanyaku dengan nada tinggi
"Bapak..adek nggak sengaja kok pak..." sambil nangis dan memelukku..."Adek..hanya mukul nyamuk di tangan bapak.." lanjutnya.
Mendengar jawaban anakku, aku sedikit terhentak dan langsung melihat tanganku yang tadi dipukul...ternyata benar juga, seekor nyamuk telah mati tertempel ditanganku...Astaghfirullah, ternyata anakku telah menyelamatkan aku dari gigitan nyamuk, yang siapa tau bisa menyebabkanku demam berdarah..
Aku tersadar dan langsung minta maaf pada annaku sambil kupeluk..ternyata apa yang kita anggap jelek, belum tentu itu buruk bagi kita. Aku telah belajar sebuah hikmah dari annaku, ternyata keburukan yang dilakukan oleh seseorang belum tentu buruk buat kita..berbaik sangkalah terlebih dulu...Ya Allah ampuni kelemahan aku ini..engkaulah yang Maha Sempurna (Untuk anakku Cahya Indah Wulanningsih, bidadari kecilku yang ada di Magelang)

ORANG TUA CONTOH YANG NYATA

Tidak seperti biasanya Shabna murung ketika belajar. Anak yang biasanya riang ini tampaknya menyimpan suatu masalah yang sukar untuk diungkapkan. Kemurungan kian bertambah, ketika tiba-tiba Shabna menangis tersedu-sedu.
Banyak temannya yang mencoba mencari tahu apa alasan dia murung dan menangis, tetapi hasilnya tetap sia-sia. Shabna tetap bungkam dan engkar berbicara kepada siapapun.

Tapi anehnya, setelah dia mengikuti pelajaran ilmu sosial wajahnya agak berbinar dan mau berbicara dengan wali kelas, bahkan dia sempat berkata "aku telah mendapat jawabannya".

alkhirnya dia mau bicara juga, walaupun masih untuk kalangan terbatas terutama wali kelasnya. Shabna menceritakan bahwa kemurungannya diakibatkan oleh kemarahan yang dia terima dari orang tuanya, gara-gara Shabna meminta kedua orang tuanya untuk tidak merokok.

Sedangkan di sekolahnya, Shabna sudah mendapat doktrin yang cukup kuat perihal dampak buruk rokok bagi kesehatan, sehingga sikapnya dalam meminta orang tuanya untuk tidak merokok adalah sikap yang bijak dan murni dari seorang anak.

Teman, terkadang kita berbuat tidak adil kepada anak kita. Kita menyuruh dan melarang anak kita untuk tidak merokok, kita sendiri malah melakukannya. Menyuruh anak sholat, ternyata kita sendiri tidak sholat. Bagaimana hal ini bisa berhasil? Kitalah yang menjadi teladan pertama dan utama buat mereka.